Cinta Untuk Dikenang. Pergi Untuk Selamanya.
Sebab cinta bisa tak tertahankan seperti ini. Waktu kemudian menjadi jarak yang menggigit nyeri untuk merindu. 2 tahun saja batas yang bisa ditoleransi oleh (almh.) Farida Usman untuk kembali bersanding dengan (alm.) Ahmad Amir BM dalam pelukan abadi Sang Pencipta.
Cinta.
Ini tentang cinta.
Ouh hello, April!
Sudah sekian minggu kita lalui bersama tapi ini adalah sapaan pertama, ini tulisan pertama dalam buai cinta dan pesona April. Dan dalam beberapa hari terakhir ingatan saya yang menyimpan kenangan tentang Maret seakan mengambil alih keseluruhan sistem yang mengatur memori.
Yeah. Saya memang masih harus belajar banyak tentang bagaimana caranya melepas kenangan.
Tapi tak bisa dipungkiri, ada banyak hal dalam kenangan yang justru mencengkrammu untuk tidak melepaskannya.
Seperti kenangan tentang sosok yang masih hidup di hati orang-orang yang dicintai dan mencintainya saat telah tiada. Tak lagi ada untuk memelukmu sayang. Tak lagi ada untuk mengucapkan selamat ulang tahun padamu, karena di angkamu yang ke-27 kau lewati dengan penuh air mata untuk mengikhlaskan dirinya terbaring dengan senyum hangat yang khas. Di tempat peristirahatannya yang terakhir.
Sebulan berlalu.
Ema Ibu apa kabar? Titip salam sayang dan rindu buat Bapa A. Sedang bermesraan berdua, ya? Pasangan yang menikah sekian lama sehingga tak kuat berpisah lama-lama. Cinta kalian sungguh curang, sayangku. Bagaimana bisa Bapa dan Ema pergi tanpa ada yang menyaksikan saya dan Omy bersanding dengan pria yang kami cintai di pelaminan? Bagaimana bisa Bapa dan Ema memilih untuk dihantar dalam tidur abadi tepat di hari ulang tahun kami masing-masing? Oh, dear.
Cinta seperti apa yang ingin kalian tunjukkan pada kami sampai Allah pun merestui itu? Sampai Allah pun meridhoi pertemuan kalian berdua lagi di alam sana.
Cinta yang sejati, kekasih dalam takdir, dan doa pengharapan tulus. Sesungguhnya kita semua adalah makhluk lemah dan tak berdaya di hadapan Allah SWT, pemilik semua kisah cinta. Pemilik semua ruh.
"Ayu.."
"Iya, Ma.."
"Pijit Ema pu kaki dulu, Nak. Sakit sekali.."
Permintaan terakhir. Langit masih gelap kala itu.
Di saat terang dan sudah waktunya pulang, ada keanehan tersirat dalam wajahnya. Seperti enggan, menatap sendu dan terluka. Rupanya karena itu pamitan yang penghujung. Tak terkira.
Saya masih ingat ketika mengantarkan beliau ke bandara, selama menunggu proses check in tubuhnya yang ringkih bersandar manja di bahu. Saya tak pernah menyangka saat menjemputnya kembali pulang di bandara yang sama, beliau sudah terbujur kaku. Ema Ibu mungkin sudah sangat kelelahan sehingga yang paling beliau perlukan adalah kembali ke pelukan Ilahi.
Ah, ada begitu banyak tawa tercipta bersama sosok ibu guru yang hangat ini. Begitu banyak pula kisah yang terukir dalam pilu. Tapi kemampuan beliau untuk meredam bunyi keluhan adalah hal yang luar biasa. Wanita ini kuat dan istimewa.
Walaupun terkadang saya mencetuskan ide bahwa sejatinya tidak ada wanita yang kuat. Oleh karena itulah Hawa diciptakan kemudian setelah Adam. Saat tercipta, sudah ada seseorang yang akan memegang tangannya agar tidak terjatuh. Kemudian wanita-wanita yang telah tercipta dari tulang rusuk pria yang menjadi takdirnya akan menjadi tangguh saat pria itu pergi meninggalkannya. Karena saat dia pergi, dia lupa membawa tulang rusuknya. Sehingga apa yang ditinggalkannya rupanya berubah jadi sebuah kekuatan baru. Saat memutuskan bangkit dan menghapus air matanya sendiri, saat itulah wanita berubah menjadi kuat dan tangguh.
Saya tak pernah melihat nenek dari Khaira Nayla Nurramadhani BM ini menitikkan air mata di saat-saat paling rapuh. Di waktu-waktu dengan kondisi yang pelik dan menghancurkan. Di cerita yang paling lelah. Tak pernah ada air mata mengalir dari sudut matanya, dan saya yakin beliau mencurahkan seluruh tenaganya untuk menahan itu. Memakai semua kekuatannya untuk membendung itu semua. Lalu di malam-malam sunyi saya juga hampir yakin kalau beliau mengendapkan air mata perih.
Dan saat air mata itu jatuh adalah pada suatu perjalanan pulang. Alur kisahnya berawal dari lambung saya yang selalu labil untuk menempuh perjalanan jauh. Jelas terlihat bahwa kegalauan dalam diri saya terletak di banyak organ.
Mabuk darat, mual, ingin muntah. Semua itu bergejolak di lambung saya, saat dalam perjalanan pulang setelah sebuah pertemuan keluarga untuk mempersunting seorang gadis idaman dari salah seorang pria Boleng Metha kami. Saya lalu tidur di pangkuan pria Boleng Metha itu sambil menahan rasa muntah. Tidur dengan belaian lembut sayang seorang kakak, memalingkan wajah, dan berurai air mata. Saya harus berpaling. Karena tak kuasa melihat Ema Ibu menghapus air mata di pipinya. Deraian air mata itu dipicu oleh kasih sayang dalam ikatan darah ini. Membisikkan dengan lirih betapa melihat keponakan perempuannya yang rapuh namun memaksakan diri untuk ikut dalam perjalanan itu -demi meminang gadis pilihan abang sepupunya tersayang- telah membuatnya meneteskan air mata. Air mata yang bahkan yang tak pernah beliau tunjukkan selama tahun-tahun penuh perjuangan melawan belenggu Stroke Haemorragic yang menjerat hidup kekasih hatinya.
Tak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa suatu ketika saya akan memeluk pria Boleng Metha tadi untuk meredakan air matanya, Brigadir Polisi Taher Tengga BM tak kuasa menahan pilu. Kehilangan sosok ayah dan ibu dalam waktu yang berselang singkat mau tidak mau harus menjadikannya pemegang tali kendali utama tanggung jawab terhadap keluarga. Saya yakin pria kesayangan ini akan mengemban tanggung jawabnya dengan sebaik-baiknya. Dia akan membuktikan bahwa dirinya akan membuat kami semua bangga.
Seperti bagaimana Kak Yuya bangga sama kamu, Briptu M. Noor BM. Pria yang suatu ketika muncul dengan membawa kecemasan begitu dalam di matanya melihat sosok wanita yang dicintainya terbaring tak berdaya. Ada 3 orang lelaki terpenting dalam hidup Ema Ibu dan kamu adalah satu-satunya yang berada di sisinya untuk menghantarnya pulang ke pangkuan Ilahi. Beliau tahu bahwa kamu laki-lakinya yang akan menepati janji, yang tak akan membiarkan keluarga ini tercerai berai. Karenanya kamu jadi pilihan. Cepat pulang, cepat kembali. Kamu mungkin akan jadi mak comblang dari anak "34" yang butuh pasangan seorang gadis yang menuliskan nama orang yang menghancurkan hatinya di blog.
Ini gadis sang ahli waris.
Hal yang paling mengiris hati adalah keinginan sederhana gadis ini untuk menghabiskan waktu puasa Ramadhan terakhir bersama wanita istimewanya, sebelum menjadi seorang nyonya di rumah tangganya yang baru. Gadisku dan harapannya yang manis. Kamu mungkin akan merasakan kosong yang menyengat saat Ramadhan nanti, tapi baktimu di saat-saat terakhir dalam hidup beliau adalah anugerah terindah yang pernah kau miliki.
Ah, rasanya Kak Yuya belum memelukmu dengan benar, Dek. Tak ingin mengucap kata-kata penghibur dengan gamblang, karena itu justru makin mengingatkan kamu tentang kehilangan. Kak Yuya tahu kamu sedang berusaha untuk ikhlas. Namun hangatnya rindu memang akan terus membayang, kita tak punya kuasa untuk menyuruhnya lenyap. Jika rindu masih ingin memelukmu syahdu, rasakan saja iramanya. Hanya saja jangan sampai terlarut pada bayang semu, karena rindu sesungguhnya akan tetap terbayar selama kamu masih menyimpan semua kenangan dengan indah dalam hati.
Hati rasanya akan tenang jika mengetahui orang-orang yang kita sayang -yang dipanggil mendahului kita- sudah beristirahat dengan tenang di alam sana. Maka dengan itu harus ada keikhlasan yang luar biasa untuk merelakan itu semua. Seringkali rasanya begitu lelah, rasanya seperti berjuang sendirian, rasanya tak sanggup lagi. Tapi Allah SWT dengan segala Kuasa-Nya akan membisikkan kekuatan pada saat 'berbicara' pada hamba-Nya tentang sabar dan ikhlas.
Saya termasuk orang yang sangat percaya akan hikmah dibalik semua kejadian baik dan buruk yang menimpa umat manusia. Untuk itu saya yakin kalau semua kisah ini, semua perasaan perih yang menyengat ini, pasti ada hikmahnya. Dan di saat semua telah berhasil dilalui dengan baik maka itu pertanda bahwa Allah sedang 'menggenggam' hatimu dengan rahmat-Nya. 😊
Wahai kesayangan.
Jangan khawatirkan bagaimana nanti kelanjutan kisah mereka yang kalian tinggalkan. Lanjutkan saja kisah cinta kalian berdua di batas dunia yang baru. Kami masih bergandengan tangan, membentuk kisah cinta kami sendiri. Kita menyebut kisah cinta itu dengan nama : Keluarga.
Comments
Post a Comment