Nightingale's Lamps

Suatu ketika teman saya berkisah. Tentang hidup, tentang kasih. Hal yang menarik adalah saat dia menuturkan tentang betapa sesunggguhnya dia mengetahui begitu dalam mengenai karakter seseorang. Dengan mata yang melukiskan kenangan dan senyuman rapuh. Nada suaranya menghantarkan gelombang pilu yang jelas. Sesuatu yang terus menerus disangkalnya tak pernah ada. 

Dan sebagai perawat, saya punya telinga perawat, mendengar getir sendu. Saya punya mata perawat, melihat sorot jenuh. Sebagai teman saya hanya akan diberikan kesempatan untuk mendengarkan, menyaksikan, dan memahami apa yang diyakininya ‘aman’ untuk dibagikan. Namun bila teman saya ini kemudian menyadari ‘kesakitan’ yang sebenarnya telah dia derita sejak lama, maka dia hanya perlu membuka diri untuk percaya. Percaya bahwa dia tidak benar-benar tahu siapa orang itu sebenarnya, karena bila dia telah tahu begitu dalam, maka tak perlu lagi baginya untuk bertanya-tanya tentang alasannya sekarang. Percaya bahwa orang yang ada dihadapannya adalah seorang perawat, yang tak hanya berfungsi sebagai teman yang menerima kebaikan antar sesama manusia, tapi juga sebagai profesional yang peran, fungsi dan tanggung jawabnya diatur dalam undang-undang.

Disebutkan dalam UU No.38 Tahun 2014 tentang Keperawatan ; perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi keperawatan, baik di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
Dan Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat Keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik sehat maupun sakit. 

Lalu peran perawat dalam memberikan Asuhan Keperawatan tentunya harus memperhatikan setiap aspek legalnya. Keseluruhan aspek legal yang telah di atur dalam Undang-undang. 

Yang menjadi pertanyaan adalah, sudah tahukah kita tentang itu? Atau, sudahkah kita sebagai perawai mencari tahu tentang itu? 
Saya pribadi mengakui bahwa meskipun memiliki sarana dan fasilitas yang cukup baik untuk memperoleh dan mengumpulkan informasi mengenai berita keperawatan yang mutakhir, motivasi untuk itu yang tidak memadai.
Well, saya cukup lihai dalam menggali dan menelusuri informasi pribadi seseorang, stalker, yang kemudian berakhir dengan uring-uringan sendiri setelah mengetahui kenyataan yang sebenarnya. Namun, tak banyak dari saya dan rekan-rekan perawat yang kemudian mengetahui tentang fenomena keperawatan di luar sana, atau mencoba mengasah wawasan untuk mengetahui hal itu. Tentang mutu dan kualitas Asuhan Keperawatan yang ‘kekinian’, yang mulai meninggalkan pola lama yang dingin dan kaku.



Dewan Pengurus Daerah PPNI Flores Timur melalui Divisi Pendidikan dan Pelatihan menyadari betul tentang kondisi ini. Bahwa sebagian besar dari kita perlu mendapatkan pendidikan maupun pelatihan untuk mendongkrak kualitas perawat dalam memberikan Asuhan Keperawatan yang komprehensif. Sehingga dalam program kerjanya yaitu program peningkatan sumber daya aparatur, diadakanlah kegiatan Seminar Keperawatan, yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan teman-teman perawat di Kabupaten Flores Timur.


"IGD, selamat siang. Dengan suster Ayu, ada yang bisa dibantu?"
"Halo, Nona selamat siang. Kita baru habis rapat bahas seminar PPNI ni. Nanti engko jadi bendahara e"
"Hah, kah?"
"Iya, Nona. Engko e jadi bendahara"
Lawan bicara saya adalah Kepala Ruang IGD, panggilan telpon internal dari aula pertemuan RSUD dr. Hendrikus Fernandez Larantuka. Saya sedang dinas pagi kala itu. Juga di kala persiapan akreditasi RS. Ini artinya bertambah lagi kesibukan, bertambah lagi amanah yang harus dijaga, bertambah lagi tanggung jawab yang harus diselesaikan. Sayangnyam saya harus mengorbankan beberapa hal yang saya punya. Waktu, tenaga, dan perhatian. Beruntungnya, saya sedang dihargai karena kemampuan yang saya punya. Kepercayaan, harapan dan kebanggaan. Semua yang tidak saya peroleh selama tahun-tahun pertemanan yang tak punya arti apa-apa bagi pihak pemegang kekuasaan. 


Dan dengan Kuasa-Nya, suatu ketika akan ada seseorang yang berpuisi tentang hal yang paling berharga yang terjadi padanya adalah ketika saya melangkah masuk ke dalam hidupnya. Itu artinya saya telah menerima amanah sebagai istri, tanggung jawab sebagai ibu, dan kepercayaan sebagai ipar serta menantu. Sehingga rupanya Allah tengah mempersiapkan saya untuk mengemban kesemuanya itu dengan ikhlas dan sabar, melalui kemampuan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang dipercayakan pada saya sekarang. Untuk itu, jawabannya adalah,
"Iya, Oom. Bae su, saya jadi bendahara"


Sabtu, 26 Novemver 2016
Seminar Keperawatan Dewan Pengurus Daerah PPNI Flores Timur







Berlangsung di Gedung OMK Keuskupan Larantuka, Sarotari. Dan dibuka dengan resmi oleh Sekda Flores Timur, Bapak Anton Tonce Matutina, BA.SH,mewakili Penjabat Bupati Flores Timur. Mengusung tema “Legalitas Perawat Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan”, seminar sehari ini dihadiri oleh rekan-rekan perawat dari 22 komisariat (1 dari 23 komisariat tidak terlibat aktif) se-Kabupaten Flores Timur, dan juga peserta dari luar kabupaten yaitu Sikka dan Lembata.







Sebanyak 264 peserta yang terdaftar hadir mengikuti kegiatan ini dengan semangat dan antusias. Sebab selain menambah wawasan dan pengetahuan, ini juga merupakan ajang temu kumpul rekan-rekan perawat yang tersebar di daratan Flores, Adonara dan Solor. Tentu saja membuat kegiatan ini makin bermakna ditambah lagi dengan peran aktif peserta selama mengikuti seminar.

Mengundang narasumber dari Dewan Pengurus Wilayah, yang juga menyambut baik kegiatan ini sehingga kesemuanya berkenan hadir dan membagikan ilmunya. 









  • Aspek Legal Perawat Dalam Pelayanan Keperawatan oleh Appolonaris T. Berkanis, S.Kep.Ns,M.H.Kes (Wakil Ketua Dewan Pertimbangan)
  • Mekanisme Perolehan SKP Dalam Mengembangkan Profesi Perawat oleh Simon Sani Kleden, S.Kep.Ns, M.Kep (Wakil Ketua Bidang Penelitian Sistem Informatika dan Komunikasi)
  • Peran Organisasi Perawat Dalam Memperjuangkan Kesejahteraan Anggota oleh Aemilianus Mau, S.Kep.Ns, M.Kep (Ketua Dewan Pimpinan Wilayah PPNI Prop. NTT)
  • Kredensialing dan Kewenangan Klinis Perawat oleh Sabinus B. Kedang, S.Kep.Ns, M.Kep (Wakil Ketua I Bidang Organisasi dan Kaderisasi) 

Terima kasih kami ucapkan atas kesediaan para narasumber tersebut yang telah meluangkan waktu di tengah-tengah kesibukan untuk hadir dan berbagi informasi seputar keperawatan yang sangat bermanfaat. Materi-materi yang dibawakan adalah apa yang sedang kita butuhkan saat ini. Perawat sebagai pemberi Asuhan Keperawatan yang bersifat holistik, tentunya punya batas-batas kewenangan. Untuk punya kewenangan tersebut, terutama kewenangan klinis, harus melewati proses kredensialing. Dimana proses kredensial ini lalu akan menghasilkan perawat yang kompeten. Kemudian menjadi kompeten saja tidak cukup, sebab legalitas yang membayangi kompetensi itu harus pula diperhatikan. Tidak semua hal yang telah biasa kita lakukan akan dinilai wajar, sebab kekuatan hukum kini punya pemisahan yang jelas. Kolaborasi, delegasi, mandat, jalankan sesuai kewenangan dan SPO. Dengan demikian langkah kita memberikan pelayanan kesehatan tidak tersandung masalah legalitas. 
Dan kesemuanya itu tidak terlepas dari fungsi organisasi perawat yang menjadi wadah untuk mengayomi, mengembangkan profesi, dan memperjuangkan kesejahteraan anggotanya.
Karena bagaimanapun beliau-beliau ini adalah perawat, giat dalam organisasi perawat. Yang artinya hadir dalam seminar sehari yang diadakan oleh organisasi perawat tingkat kabupaten adalah sebuah bukti cinta menjadi seorang perawat, bukan? Sehingga yang terbaca dari spirit membagikan ilmu kepada para peserta seminar adalah, "Saya bangga jadi perawat" 😊






Selama 5 tahun masa mengabdi, tentu saja saya bangga menjalani profesi ini. Hal yang sama juga saya percayai ada pada rekan-rekan perawat yang menghadiri seminar sehari ini. Bagaimana tidak, hampir seluruh kursi yang disediakan panitia terisi penuh. Dan pemandangan seperti itu trus terlihat selama kegiatan berlangsung hingga usai. Antusiasisme para peserta ini makin menggema saat sesi pertanyaan dibuka.
Padahal baik saya maupun teman-teman panitia yang lain sempat merasa pesimis. Bahwa para peserta yang hadir akan kehilangan minat dan jenuh, sebab kesemua materi dibawakan bergilir oleh ke-empat panelis baru kemudian pertanyaan-pertanyaan akan muncul di sesi berikutnya. Namun ternyata, peserta mampu menyimak keseluruhan materi dan punya banyak hal yang ingin disampaikan baik dalam bentuk pendapat, saran, maupun pertanyaan.
Senang sekali rasanya melihat semangat teman-teman dalam menerima materi dan berdiskusi bersama para panelis. Berbondong-bondong datang, ramai mengacungkan tangan, berargumen, berkeluh kesah, dan menyampaikan ide. Ini artinya tidak sia-sia semua pengorbanan untuk mewujudkan harapan agar kegiatan ini berlangsung dengan sukses.






Dan suksesnya kegiatan ini tentunya bukan hanya atas kerja keras panitia semata. Banyak unsur yang terlibat pun adalah bagian penting terselenggaranya kegiatan ini. Terima kasih yang tak terhingga saya haturkan, baik secara pribadi maupun atas nama panitia, kepada para narasumber, peserta, tamu undangan, dan pihak-pihak yang telah membantu. Tak lupa pula permohonan maaf yang sebesar-besarnya bila terdapat banyak kesalahan dan kekurangan selama penyelenggaraan seminar ini.










Meskipun tidak banyak hal yang telah saya lakukan untuk penyelenggaraan seminar ini, namun saya berterima kasih telah diikutsertakan sebagai bagian dari panitia. Ada banyak hal yang bisa dipelajari, ada banyak cerita yang tercipta, dan ada banyak item yang harus di evaluasi. Juga selalu menyisakan kesan dari banyak pihak, baik positif maupun negatif. Namun demikian tak menyurutkan niat baik teman-teman pengurus DPD PPNI Flores Timur untuk mengadakan kegiatan serupa seperti ini atau kegiatan lain yang mendatangkan banyak manfaat bagi para anggota di bawah payung organisasi. Dan semoga kita bisa tampil lagi dengan lebih baik, meminimalisir kekecewaan yang tak bisa dipungkiri hadir dalam kegiatan ini. Karena menjadi tanggung jawab kita bersama membawa nama profesi perawat, sebagai 'lampu' yang punya peran penting dengan sinarnya memberi terang bagi Indonesia Sehat 2020. Profesional, mandiri, bebas dari intervensi profesi lain, dan menekan ego yang timbul dari arogansi sesama rekan sejawat. Untuk itu mari (makin) mencintai profesi (perawat) ini, kemudian merawat dengan cinta. 😊



Seperti jatuh cinta yang tak perlu waktu khusus, saya tetap menyelesaikan tulisan tentang seminar ini meski telah berlangsung sebulan yang lalu. Episode lainnya dari blog ini -menutup keseluruhan 'drama' di 2016- muncul melalui judul ini. Karena selain menuliskan ide-ide yang tak mampu diredam dan terus mendesak bermunculan di kepala, saya juga ingin menuliskan sesuatu yang bermanfaat. Dan, ya, harapan saya tulisan ini memberikan manfaat bagi para pembaca blog ini. Bahwa "Griya Puspa" tak melulu menghadirkan kisah melankolis, tak melulu 'tayang' dengan scene yang menggambarkan kepiluan. Juga yang paling penting saya tidak ingin menggunakan ini sebagai sarana untuk menebarkan fitnah, menghasut dan mengujarkan kebencian.
Sebagai seorang muslimah yang mempunyai profesi perawat, saya yakin bahwa berkah kesehatan bisa jadi Allah SWT berikan melalui apa yang saya lakukan hari ini. Senyuman, sentuhan, tulisan.

Oleh karenanya, jaga tulisan-tulisan kita pada media sosial untuk tidak menyakiti orang lain dengan berisikan konten-konten negatif. Atau sharing berita-berita yang isinya hanya hoax belaka. Melalui media sosial yang sehat, kita bisa terus hidup berdampingan. Tanpa ada gesekan, ketersinggungan dan perpecahan.
Karena kita manusia, hidup dalam kesakitan, dan merasa paling benar adalah cara kita bertahan hidup. Namun dengan menekan ego masing-masing, hidup akan lebih bermakna dan indah.
Karena saya perawat, mengabdikan hidup untuk mengurangi kesakitan. Dan sebagaimana peran perawat adalah sebagai pemberi Asuhan Keperawatan, Advokat Klien, Edukator, Koordinator, Kolaborator, Konsultan, dan Peneliti, maka buka hatimu kawan.
Percayakan padaku, lalu kita akan memulai konseling selanjutnya.




“Nursing is an art. And if it is to be made an art, it requires as exclusive a devotion, as hard a preparation, as any painter’s or sculptor’s work. For what is the having to do with dead canvas or cold marble. Compared with having to do with the living-body the temple of God’s spirit? It is one of the Fine Arts. I had almost said, the finest of the Fine Arts.”

-Florence Nightingale, 1893-

Comments

Popular Posts