Hello, Me!

Assalamu'alaikum Wr Wb

Ah, canggung. Ini kali pertama menulis blog, tidak punya pengalaman dan pengetahuan apa-apa tentang ini. Tapi, selalu ada yang pertama kali untuk sesuatu kan? Dan yang pertama ini semoga tidak menimbulkan kekacauan sistem. Eh. Abaikan.

Perlukah mulai dengan perkenalan?

*lokasi foto : Kec. Sembalun - Lombok Timur

Rasanya sedikit aneh secara gamblang memaparkan tentang diri sendiri. Mungkin suatu saat ada yang berhasil memahami tentang diriku lapis demi lapis. Karena itulah saya ingin menulis. Menuliskan apa yang saya pikirkan, apa yang saya rasakan, dan apa yang saya ingin orang lain tahu tentang saya, bukan yang orang lain inginkan untuk tahu tentang saya. Ya, saya ingin orang mengenal tentang saya seperti apa yang saya perkenalkan. Jika ada yang mengenali siapa saya di luar apa yang saya perlihatkan, itu bonus buat saya karena dipahami adalah sesuatu yang terlalu berharga untuk diinginkan. Saya tidak berani meminta untuk dipahami (lagi), karena saya pernah begitu keras mencoba dan tentu saja gagal. Mungkin karena saya pun gagal memahami. Tapi tak ingin menutup diri, orang lain bisa saja mengetahui lebih banyak tentang apa yang tidak kau ketahui tentang dirimu sendiri, ya kan? Jadi di sinilah saya ingin berbagi, bereksplorasi dan menguntai kata. Tentang hidup, aku, kamu.

Hello, me!

Ya, ini saya maksudkan untuk menyambut diri sendiri. Bukan yang baru ataupun yang dulu. Hanya saya yang sekarang. Yang sedang menjalani kehidupan yang sekarang, yang ini.

Apa yang terjadi dengan saya yang sebelumnya? Bukan sesuatu yang luar biasa dan menarik sebenarnya. Saya cuma ingin sekedar membuatnya menjadi melankoli belaka.
Kau menjadi menarik karena kau ingin terlihat seperti itu, walaupun bagian-bagian yang menjadikanmu menarik bukan hanya yang sengaja ingin kau perlihatkan.

Berbicara tentang hal yang menarik, saya ingat perdebatan saya dengan teman saya belakangan ini. Seorang pria baik, dengan sejuta pesona dan kemampuan menaklukan wanita yang mumpuni. Kami berdebat tentang : wanita yang selalu bertindak dengan perasaan dan pria yang melakukan sesuatu dengan pikiran logis. Yang kemudian menjadi menarik menurut saya adalah pria ini yang mengatakan perbuatannya dilandasi pikiran logis hampir-hampir tak pernah menggunakan kemampuan berpikirnya untuk mengatasi masalah yang menyangkut wanita di sekelilingnya. Bagaimana bisa seorang pria yang mengaku logis tapi salah mengambil sikap? Lalu bahkan mengulang kesalahan yang sama. Pergi kemana logika itu? Alih-alih memikirkan konsekuensi daripada segala perbuatan mereka, para pria justru menuduh kita makhluk ceroboh yang mementingkan perasaan sendiri dan bertindak sesuai dengan itu. Ya, kita wanita selalu mendengarkan perasaan kita sendiri karena pria tak pernah memikirkannya.

Salah satu perilaku wanita yang melakukan sesuatu dengan mengikuti perasaan adalah saat memutuskan untuk merubah penampilan. Jika wanita memutuskan untuk mempunyai penampilan yang berbeda maka itu karena 2 alasan. Kalau bukan karena jatuh cinta ya patah hati.
Saya bilang begitu karena saya adalah salah satu wanita yang bertindak bodoh seperti itu.
Di awal jatuh cinta saya ingin punya rambut panjang, yang tidak pernah sekalipun saya inginkan. Saya selalu nyaman dengan rambut pendek. Ah, cinta memang mampu mengubah segalanya.
Dan setelah patah hati rambut wanita malang yang jatuh cinta tadi pun kembali pendek.
Seperti itu wanita dan perasaannya bertindak, karena logika mereka sudah habis disumbangkan untuk para pria. Pria-pria itu lalu memakainya untuk menyakiti wanita lain.

*photo by Roody S. - Gili Trawangan, Lombok

Yeah. Hello, it's me. Rapuh, rambut pendek, dan mulai menulis blog. Ingin berjumpa di kesempatan lainnya.